Tabi : Adik dan Sahabatku

Ini tentang Tabi. Adik perempuan Ummi. Karena kami juga punya adik laki-laki, yang sekarang kerja di Bandung, Jawa Barat.

Balik ke Tabi; akronim dari Tante Bibi. Doski minta dipanggil gitu sejak kelahiran putri sulung Ummi dan Abi (Mbak Aiko), 15 tahun lalu. Dan, adek bungsu Abi yang seangkatan dengan Tabi, juga pengen dong dipanggil gitu. Dibalik aja, jadi Bita. Bibi Tante 😆

Momen kami sekeluarga ketika lebaran tahun 2021. Tabi yang berkerudung hijau tosca.

Tabi ini komunikatif bingit. Cerdas. Teguh pendirian. Namun, penyayang pada keluarga. Terbukti, dia rela meninggalkan gemerlapnya ibukota dan melepas status pegawai pemerintah pusat. Lantas kembali ke Blitar, menafasi jati diri sebagai abdi pemerintah daerah. Supaya anak-anaknya dekat dengan kami, yang bisa membantu memantau pengasuhan.

Seolah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mendukung keputusan itu, berselang setahun, Tabi mendapat beasiswa pasca sarjana Administrasi Publik di Universitas Brawijaya Malang. 💕

Healing ga ngajakin Ummi nih 😳. Tabi paling depan sisi kiri, berhadapan dengan Uti-Ibunda kami 💚

Tabi adalah adik kandung sekaligus sahabat terdekat Ummi. Sejak kecil, kami disangka anak kembar. Karena jarak kelahiran hanya 2,5 tahun. Kalau sekarang mah, perbedaan berat badan udah memperjelas ya 😂

Kami memiliki standar yang sama untuk memilih calon suami ketika gadis dulu. Yang terpenting seiman dan keimanannya paling utama.

Allah menguji komitmen kami, melalui penghasilan yang relatif lebih tinggi daripada suami masing-masing. Namun, rezeki kan tidak sebatas itu. Suami taat dan takut pada Allah, setia, ganteng, penyayang serta mau berjibaku dalam pekerjaan rumah tangga---itu tak ternilai harganya. Ye, kan? 😊

Semoga kita semua senantiasa dalam limpahan Rahmat Allah, lantas bisa berkeluarga lagi di surga-Nya. Dengan orang tua, pasangan, saudara dan anak cucu kelak. Aamiin Yaa Rabb .

مَاشَاءَ اللهُ تَبَارَكَ اللهُ