Tayangan pembuka disunting menggunakan Aplikasi Canva
Menghidu. Kalian kerap membaca kata ini pada video pembuka karya di Website RantauAnggun.com, kan?
Well, Ummi mengetahuinya dari seorang pengarang perempuan asal Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Bunda Shabrina Ws.
Kami berkenalan di fesbuk sejak tahun 2011. Lantas berlanjut kepada japrian melalui WhatsApp hingga sekarang dan makin intens setelah fesbuk Ummi dihapus.
Uniknya, selama 12 tahun pertemanan virtual, sekalipun kami belum pernah berjumpa. Walau Blitar-Sidoarjo itu kan lumayan dekat ya 😂
Akan tetapi, ada aja halangan untuk bersua. Padahal, kalau dibukukan, mungkin japrian kami udah jadi berjilid-jilid novel kehidupan 😆
Dalam bingkai : salah satu novel karya Bunda Shabrina. Gambar diambil dari sini
Ada lagi sahabat dunia maya yang cukup dekat dengan Ummi. Dia adalah Bunda Binta Al Mamba. Dulu tahun 2013, kami pernah menulis duet Novel Islami berjudul Teatrikal Hati.
Namun bedanya, Ummi udah beberapa kali kopdaran dengan Bunda Binta. Ngobrol langsung dari hati ke hati. Beliau juga warga Jawa Timur. Jombang tepatnya.
Memang untuk para ibu, memelihara persahabatan itu menjadi tantangan tersendiri. Di tengah aktivitas harian sebagai madrasah pertama buah hati, istri yang mengabdi, atau bahkan perempuan pekerja.
Maka, merawat taman persaudaraan merupakan amanah pula. Tak bisa dikesampingkan begitu saja. Walaupun mungkin tidak selalu mendapat prioritas.
Dalam bingkai: karya Ummi dan Bunda Binta tahun 2013 silam. Kayaknya prestasi terbesar dalam karir menulis kami deh, karena diterbitkan oleh penerbit skala nasional hehe. Gambar diambil dari sini
Narasi ini juga berlaku untuk persahabatan di dunia nyata ya. Yang mana, tentu lebih kompleks dan semoga berimbang kualitasnya dengan pertemanan virtual.
Umma bersyukur atas persahabatan dengan para kerabat, tetangga, mbak adek alumni wanita praja se Kota Blitar, rekan kantor, bestie seangkatan sejak usia belia hingga dewasa, karib sehobi dalam kepenulisan dan seterusnya.
Sesungguhnya, lingkar persahabatan memang dapat dijadikan cermin karakter. Jika tidak sama persis, kita mewarnai diri dengan kebajikan para sahabat terkasih.
Seperti sistem ATM : Amati, Tiru dan Modifikasi. Maka, kita juga dapat memberlakukan hal ini pada segenap karakter positif dan membangun dari lingkungan terdekat.
Ilustrasi persahabatan antara perempuan muslimah. Gambar diambil dari sini
Bukankah, mensyukuri segenap hal yang melekat dalam hidup -termasuk dengan berterima kasih secara sederhana, terhadap hal-hal yang bersahaja pula- adalah sebentuk pengabdian kepada Allah سُبْØَانَÙ‡ُ Ùˆَ تَعَالَÙ‰?
Maka, mari bersyukur terhadap karunia hamba-hamba terpilih yang mengiringi pengembaraan kita di dunia. Semoga dengan para hamba shalih shaliha itulah, menjadi jembatan hati yang saling berkunjung dalam perdamaian, kecintaan dan saling mengingatkan.
Semoga kelak merekalah yang menjadi pembela amalan kebaikan kita, bukan penggugat atas kemaksiatan bahkan kedzaliman.
Semoga kita semua bisa bertetangga lagi di surga dengan belahan jiwa dan hamba tersayang selama di dunia.
Aamiin Yaa Rabb 🤲
ٱلْØَÙ…ْدُ Ù„ِÙ„َّٰÙ‡ِ رَبِّ ٱلْعَالَÙ…ِينَ
Ù…َاشَاءَ اللهُ تَبَارَÙƒَ اللهُ
Aamiin yaa Robbal 'aalamiin
BalasHapusJazakillaah Mbak Idhaa
Hapus